"KMK itu, tempat buat pulang sih."

    Pernyataan Kak Betsy waktu aku menanyakan apa arti KMK bagi kakak-kakak tingkat yang aku wawancarai kemarin juga turut kurasakan. Walaupun aku baru mengenal mereka secara daring dan belum terlalu akrab, tapi bisa dirasakan bahwa KMK dapat kuanggap sebagai rumah, tempatku beristirahat kalau aku terlalu lelah. Tempat aku bisa merasa nyaman walau aku seringkali hanya memperhatikan bagaimana kakak-kakak tingkatku berinteraksi satu sama lain.

    Bersekolah di sekolah swasta Katolik sejak SD membuatku terbiasa menjadi 'mayoritas' dan kebutuhan imanku sangat terpenuhi. Namun, hal itu membuatku cukup terkejut (walaupun aku sudah berusaha mengantisipasi) saat harus terjun ke lingkungan yang benar-benar heterogen. Dan pada akhirnya, aku benar-benar menghadapi kenyataan bahwa aku adalah pemeluk agama minoritas yang jumlahnya tidak terlalu banyak.

    Sebelum memulai kegiatan bersama KMK, aku sangat merindukan menyaksikan orang-orang juga turut membentuk tanda salib saat berdoa sebelum dan sesudah kegiatan. Aku merindukan doa Bapa Kami, Salam Maria, Kemuliaan, dan doa-doa lain yang biasa diucapkan ketika doa bersama. Padahal, dulu hal-hal itu sangat mudah kudapatkan. Memang, sesuatu akan terasa sangat berharga apabila hal itu sulit kita dapatkan. Namun, saat sekber bersama dan doa bersama, aku merasa pulang. 

    Semoga KMK benar-benar bisa menjadi tempatku pulang nantinya.