Tidak Ada yang Mampu Mencintai Kita Lebih Baik dari Diri Kita Sendiri

Aku pernah berada di titik membenci diriku sendiri. Membenci wajahku, membenci bentuk tubuhku, membenci kepribadianku yang aneh, membenci masa depanku yang tampak abu-abu dan tidak jelas. Aku pernah menangis karena ujaran menyakitkan seseorang tentang bentuk tubuhku. Aku pernah benar-benar tidak mau melihat cermin karena tidak ingin melihat wajahku. Aku pernah merasa bahwa aku menyedihkan dan tidak ada satu orang pun yang menyayangiku.

                Aku juga pernah berusaha bangkit dari perasaan-perasaan itu. Berusaha menerima diriku apa adanya. Aku berusaha menerima setiap jengkal bagian tubuhku dan berdamai bahwa apa yang itu semua telah membuatku tetap hidup sampai saat ini. Aku juga berusaha menerima pemikiran-pemikiran anehku dan memahami bahwa itu semua adalah hal-hal yang membuat aku adalah aku.

                Tentu usahaku untuk menerima dan mencintai diriku sendiri tak selalu berjalan mulus. Seringkali aku dengan otomatis merendahkan diriku sendiri, mengatakan “kamu jelek” pada bayanganku di cermin, mengatakan “kamu bodoh” pada diriku yang menerima nilai di bawah sembilan, atau mengatakan “kamu aneh” tiap kali aku selesai berbicara di depan umum. Aku juga masih sering merasa insecure tiap kali melihat teman-teman yang memiliki kemampuan lebih, seakan-akan aku adalah orang  yang tak berarti.

                Namun, suatu hari seorang teman pernah mengatakan sesuatu padaku. “You have to realize hanya kamu sendiri yang mencintai dirimu lebih baik dari orang lain,” ujarnya. Aku merasa dia benar. Orang yang benar-benar  mengenal diriku adalah aku sendiri. Orang yang benar-benar ada untuk diriku di saat aku berada di titik terendah maupun tertinggi adalah diriku sendiri. Jika aku mampu mencintai orang lain yang sudah kukenal baik, lalu mengapa sulit sekali untuk mencintai diriku sendiri?

                Aku sedang belajar dan tentu saja akan terus belajar untuk mencintai dan menerima aku seutuhnya aku. Ada banyak cara yang sedang kulakukan sebagai bentuk mencintai diri sendiri. Caraku sederhana dan tidak mahal, yang penting adalah bagaimana aku merasa lebih baik setelah mempraktikkan hal-hal tersebut.

                Cara yang pertama adalah mengakui perasaanku. Aku mulai menyadari bahwa perasaan sedih, marah, kecewa, serta perasaan-perasaan negatif lain merupakan hal-hal yang wajar dan aku tidak perlu malu akan hal itu. Aku tidak lemah jika aku menangis karena lelah. Aku bukan orang jahat apabila aku marah akan sesuatu. Aku bukan orang yang tidak bersyukur apabila aku merasa kecewa ketika ekspektasiku tidak sesuai kenyataannya. Selain itu, perasaan-perasaan bahagia, bangga, maupun gembira juga merupakan perasaan-perasaan yang valid. Aku berhak merasa bangga apabila memperoleh suatu pencapaian, sekecil apapun itu. Aku juga berhak merasa bahagia.

                Cara yang kedua adalah memastikan diriku sendiri sehat secara fisik maupun mental. Aku akan istirahat apabila aku merasa lelah. Aku akan tidur apabila mataku sudah terasa perih menatap layar. Aku tidak menyiksa diriku untuk melakukan diet yang tidak sehat. Aku merawat kulit wajahku dengan memakai skincare. Sekali-sekali aku berolahraga untuk membuatku merasa lebih baik.   

                Cara yang ketiga adalah bertanggung jawab pada diriku sendiri. Aku sedang mempersiapkan masa depanku, dan sebenarnya tidak masalah apabila saat ini aku harus bersusah payah. Aku percaya semua ada harganya, semua ada bayarannya. Aku berusaha memerhatikan dengan baik saat kelas, kemudian membaca ulang materi dan berusaha memahaminya demi mendapat nilai yang baik. Aku berusaha mengerjakan tugas-tugas dan menyelesaikan kewajibanku. Aku berusaha merawat barang-barang yang kumiliki sebagai bentuk apresiasi kepada orang tuaku atau kepada diriku sendiri yang telah membelinya.

                Cara yang keempat adalah cara yang menurutku cukup penting. Aku melakukan apapun yang kusukai asal tidak melewati batas. Aku suka menyanyi? Aku melakukannya, bergabung dengan paduan suara sejak SMA dan disiplin berlatih bersama mereka. Aku suka berorganisasi? Aku juga melakukannya, bergabung dengan berbagai macam kepanitiaan, mengerjakan tanggung jawabku, memperoleh relasi, memperoleh pengalaman, dan merasa gembira walau lelah luar biasa. Aku suka membaca? Aku juga melakukannya, membeli buku-buku yang kusukai atau berlangganan perpustakaan digital dan membaca setidaknya 30 halaman setiap malam. Melakukan hal-hal yang kusukai membuatku merasa lebih hidup dan menjadi bentuk apresiasi kepada diriku sendiri.

                Selain itu, aku juga terus menanamkan pada diriku bahwa diriku penting. Aku boleh saja membantu orang lain, mengatakan iya pada permintaan mereka. Namun, apabila hal itu memberatkanku, mengusik batasan-batasan yang kubangun, aku juga berhak mengatakan tidak. Aku tidak bisa menyenangkan semua orang dan aku tidak harus melakukannya.

                Kebahagiaanku penting, kebahagiaanmu juga penting. Selagi kita masih bisa, lakukan apa yang kita suka. Selagi kita mampu, selesaikan semua tanggung jawab kita. Selagi kita masih memiliki perasaan, hargai itu karena perasan-perasaan itu nyata.

                Kadang kita berada di titik terbawah dan tidak merasa baik-baik saja. Apabila saat itu tiba, tidak apa-apa untuk menangis atau mengeluh. Asal kita harus bangkit lagi entah dengan kedua kaki kita sendiri maupun dengan berpegangan dengan uluran tangan orang lain.

                Percayalah, kita hebat bisa sampai di titik ini. Jika lelah istirahatlah. Jika sedih menangislah. Jika bahagia tertawalah. Ingat, tidak ada orang yang mampu mencintai kita lebih dari diri kita sendiri.

CONVERSATION

0 komentar:

Posting Komentar

Back
to top